Penulis : Al Ustadz Abu Asma Andre
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
إن
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله
إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ
يَآ
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا
أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن
يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Pendahuluan
Diantara
barang dagangan yang dipakai oleh kaum yang hobinya bertabaruk dengan
kuburan adalah sebuah kisah yang dikeluarkan oleh Al Imam Al Khathib Al
Baghdadi rahimahullah didalam Tarikhnya, sebuah kisah yang menceritakan
bahwasanya Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah apabila memiliki hajat
beliau mendatangi kuburan Al Imam Abu Hanifah dan shalat disana serta
berdoa.
Kisah ini adalah kisah yang menakjubkan - asing
dan penuh dengan kemusykilan, walaupun pemilik blog
http://alhabaib.blogspot.com/2012/02/tabarruk-imam-syafii-khatib-al-baghdadi.html
( selanjutnya disingkat dengan blog alhabaib ) - berusaha untuk
mempercayai dan menyebarkan kisah aneh ini - bagaimana tidak aneh,
apabila seseorang yang berusaha untuk mendalami aqidah imam empat
madzhab - diantaranya Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah, mereka akan
menjumpai jauhnya keempat Imam tersebut dari perbuatan - perbuatan
kesyirikan seperti ini.
Maka tulisan dibawah ini, adalah
dalam rangka menerangkan kepalsuan kisah tersebut, membersihkan kotoran
yang dinisbatkan kepada Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah - dan boleh
juga dianggap sebagai bantahan terhadap pemilik blog diatas dan
propaganda - propagandanya.
Al Imam Al Khathib Al Baghdadi rahimahullah berkata :
أخبرنا
القاضي أبو عبد الله الحسين بن علي بن محمد الصيمري ، قال : أنبأنا عمر بن
إبراهيم المقرئ قال : نبأنا مُكرم بن أحمد قال : أنبأنا عمر بن إسحاق بن
إبراهيم قال : نبأنا علي بن ميمون قال : سمعت الشافعي يقول : إني لأتبرك
بأبي حنيفة ، وأجيء إلى قبره في كل يوم - يعني زائراً - فإذا عرضت لي حاجة
صليتُ ركعتين وجئت إلى قبره ، وسألت الله تعالى عنده ، فما تبعد عني حتى
تُقضى
Telah mengkhabarkan kepada kami Al Qadhi Abu Abdillah Al
Husein bin Ali bin Muhammad Al Shamiri berkata : telah menceritakan
kepada kami 'Umar bin Ibrahim Al Muqri berkata : telah menceritakan
kepada kami Mukrim bin Ahmad : telah menceritakan kepada kami Umar bin
Ishaq bin Ibrahim berkata : telah menceritakan kepada kami Ali bin
Maimun berkata : " Aku mendengar Asy Syafi'i berkata : " “Sesungguhnya
aku telah bertabarruk dari Abu Hanifah dan mendatangi kuburannya setiap
hari. Jika aku memiliki hajat maka aku melakukan shalat dua rakaat dan
lantas mendatangi kuburannya dan meminta kepada Allah untuk mengabulkan
doaku di sisi (kuburannya). Maka tidak lama kemudian akan dikabulkan.”
( Tarikh Baghdad 1/123 )
Bantahan Pertama :
Sanad riwayat ini lemah, bahkan batil. Berkata Syaikh Al Albani rahimahullah didalam Adh Dhaifah 1/99 :
فهذه
رواية ضعيفة بل باطلة فإن عمر بن إسحاق بن إبراهيم غير معروف وليس له ذكر
في شيء من كتب الرجال ، ويحتمل أن يكون هو " عمرو - بفتح العين - بن إسحاق
بن إبراهيم بن حميد بن السكن أبو محمد التونسي وقد ترجمه الخطيب وذكر أنه
بخاري قدم بغداد حاجا سنة 341هـ ولم يذكر فيه جرحا ولا تعديلا فهو مجهول
الحال ، ويبعد أن يكون هو هذا إذ أن وفاة شيخه علي بن ميمون سنة 247هـ على
أكثر الأقوال فبين وفاتيهما نحو مائة سنة فيبعد أن يكون قد أن يكون قد
أدركه .
وعلى كل حال فهي رواية ضعيفة لا يقوم على صحتها دليل .ا.هـ.
“
Ini adalah riwayat yang lemah bahkan batil. Karena sesungguhnya perawi
yang bernama Umar bin Ishaq bin Ibrahim tidaklah dikenal. Tidak ada
penyebutan tentangnya sedikitpun dalam kitab-kitab tentang perawi. Bisa
jadi yang dimaksud adalah ‘Amr (dengan fathah pada ‘ain) bin Ishaq bin
Ibrahim bin Humaid bin As Sakan Abu Muhammad At Tunisi. Al Khatib (Al
Baghdadi) menyebutkan biografinya dan menyatakan bahwa ia adalah
Bukhari (berasal dari Bukhara) datang ke Baghdad dalam rangka
menunaikan haji pada tahun 341 H. Tetapi (Al Khatib) tidaklah
menyebutkan jarh(celaan), tidak pula ta’diil (pujian) sehingga dalam
kondisi ini ia adalah majhuulul haal (keadaannya tidak dikenal).
(Tetapi) kemungkinan (bahwa ia adalah ‘Amr) jauh, karena tahun kematian
syaikhnya : Ali bin Maymun pada tahun 247 H menurut kebanyakan
pendapat. Sehingga jarak kematian antara keduanya adalah sekitar 100
tahun, sehingga jauhlah kemungkinan bahwa keduanya pernah bertemu. Dan
riwayat ini lemah sehingga tidaklah bisa ditegakkan dalil atasnya. ”
Dari ucapan Syaikh Al Albani rahimahullah diatas maka dapat diambil beberapa keterangan :
1.
Riwayat ini lemah dikarenakan Umar bin Ishaq bin Ibrahim adalah rawi
yang majhul - tidak diketahui keadaannya didalam kitab - kitab rawi.
2.
Apabila kemungkinannya bukan Umar bin Ishaq bin Ibrahim tapi 'Amr bin
Ishaq bin Ibrahim ( sebagaimana dalam blog alhabaib ) maka Al Imam Al
Khathib Al Baghdadi rahimahullah didalam Tarikhnya tidak menyebutkan
adanya jarh ( celaan ) maupun taa'dil ( pujian ), sehingga rawi dengan
status seperti ini adalah majhual haal ( keadaannya tidak dikenal ),
maka ucapan didalam blog alhabaib yang mengatakan : " Menurut
penjelasan sebahagian ulama lain, ada kemungkinan 'Umar bin Ishaq
tersebut adalah `Amr bin Ishaq Al Himsi yang merupakan seorang yang
diketahui dan boleh dipercayai. Jika ianya benar, maka tiadalah apa
lagi kecacatan pada sanad yang dikemukakan oleh Imam Al Khatib
tersebut." maka adalah sebuah penipuan - dikarenakan Al Imam Al Khathib
Al Baghdadi tidak berkomentar apa - apa tentangnya - dan apabila anda
perhatikan penulis blog alhabaib merubah dari 'Amr bin Ishaq bin
Ibrahim At Tunisi menjadi 'Amr bin Ishaq Al Himsi, kalau boleh diajukan
pertanyaan : untuk tujuan apakah mereka merubahnya ? saya tidak hendak
menduga - duga dan silahkan pembaca untuk memikirkan alasan penulis di
blog alhabaib.
Bantahan Kedua :
Adapun
penulis blog alhabaib berkata : " Selain daripada itu, perlu diberi
perhatian juga bahawa kisah ini turut disampaikan melalui jalan lain,
antaranya oleh Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam karya beliau "Al
Khairat Al Hisan" yang merupakan manaqib Imam Abu Hanifah pada fasal 35
halaman 129 dengan sanad yang shahih. "
Maka saya katakan
: ucapan ini merupakan sebuah penipuan dikarenakan didalam kitab
tersebut tidaklah dibawakan apa yang menurut mereka sanad ( apalagi
sampai bisa dihukumi sebagai shahih ), penulis Al Khairat Al Hisan
berkata : " Ketahuilah bahwasanya senantiasa para ulama apabila mereka
memiliki hajat mereka berziarah kekubur Abu Hanifah dan bertawasul
kepadanya didalam memenuhi hajat - hajat mereka, diantaranya Imam Asy
Syafi'i rahimahullah - apabila berada di Baghdad beliau datang kekubur
Abu Hanifah dan...( seterusnya sebagaimana dalam riwayat Al Imam Al
Khatib Al Baghdadi diatas - dan anda bisa unduh kitab tersebut di
http://www.aslein.net/showthread.php?t=6777 - yang mana dalam cetakan
ini ada di halaman 72 )
Lalu saya ( Abu Asma Andre )
ajukan pertanyaan untuk penulis blog alhabaib : Dimana " jalan yang
lain " dalam riwayat ini yang katanya shahih - karena penulis Al
Khairat Al Hisan dalam kitab tersebut tidak menyebutkan adanya sanad
dalam kisah ini yang memungkinkan menurut standar ilmu hadits bisa
saling menguatkan ?
Perkataan penulis blog alhabaib : "
Selain daripada itu, perlu diberi perhatian juga bahawa kisah ini turut
disampaikan melalui jalan lain, antaranya oleh Imam Ibnu Hajar Al
Haitami .." ingin memberi kesan seakan - akan ada jalan riwayat yang
lain yang akan ditangkap oleh orang yang membaca bisa saling menguatkan
satu dengan yang lain, padahal ternyata tidaklah ada jalan yang lain
dalam kitab tersebut.
Begitu juga didalam apa yang
disebutkan oleh penulis blog alhabaib dengan : Imam Ibnu Abil Wafa
menyebutkan kisah ini dalam "Tabaqat Al Hanafiyyah" pada halaman 519
dengan sanad lain melalui al-Ghaznawi." hal ini serupa dengan bantahan
diatas. ( Anda bisa unduh kitab الجواهر المضية في طبقات الحنفية di
http://www.waqfeya.com/book.php?bid=885 )
Apabila
dikatakan oleh penulis blog alhabaib : " Tidak ketinggalan para ulama
di masa kita ini turut memuatkan kisah ini dalam karya mereka, misalnya
Imam Muhammad Zahid al-Kawthari membawa kisah ini dalam "Maqalat
al-Kawthariy" pada halaman 453 dan mengatakan bahawa sanad kisah ini
adalah bagus (jayyid). Mufti Muhammad Taqi Uthmani memuatkannya dalam
karya beliau "Jahan-e-Deedah." "
Maka bagaimana mungkin
dikatakan sanadnya baik, sedangkan penjelasannya telah berlalu -
didalam kisah ini terdapat rawi yang majhul ?
Bantahan Ketiga :
Ada
satu hal yang terluput dipikirkan ( atau sengaja ) oleh orang - orang
yang menjadi propaganda cerita dusta ini, yaitu bagaimanakah sikap Al
Imam Asy Syafi'i rahimahullah kepada kuburan ? apakah mengagungkan -
berdoa disisi - bertawasul - tabaruk dan mengambil tanah - tanah
kuburan ? atau bagaimana ? maka untuk menjawabnya kita serahkan kepada
beliau ( Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah ) sendiri, beliau berkata :
وأكره ان يعظم مخلوق حتي يجعل قبره مسجدا مخافة الفتنة عليه وعلي من بعده من الناس
“
Dan aku benci makhluq diagungkan sampai kuburannya dijadikan sebagai
masjid, (karena) dikhawatirkan adanya fitnah untuk dirinya dan untuk
orang-orang setelahnya.” ( Al Umm karya Imam Asy Syafii 1/317 dan juga
dibawakan oleh Al Imam An Nawawi didalam Al Majmu’ 5/314 ).
Dan perhatikan ucapan Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah :
وقد رأيت من الولاة من يهدم بمكة ما يبنى فيها فلم أر الفقهاء يعيبون ذلك
“
Dan aku telah melihat para waliyyul amri (pemimpin muslim) di Mekkah
yang menghancurkan bangunan-bangunan yang dibangun di atas kuburan. Aku
tidak melihat para fuqaha’ ( ulama’ ahli fiqh - dan Al Imam Asy Syafi'i
termasuk didalamnya ) mencela hal itu.” ( Al Umm 1/316 karya Imam Asy
Syafi’i )*
Menerangkan keadaan ini dan membela
pendahulunya Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah dari kedustaan yang
dinisbatkan kepada beliau, berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
menyatakan dalam Iqtidha’ Shirathal Mustaqiim 2/692 :
وهذا كذلك
معلوم كذبه بالاضطرار عند من له معرفة بالنقل ، فإن الشافعي لما قدم بغداد
لم يكن ببغداد قبر ينتاب للدعاء عنده البتة ، بل ولم يكن هذا على عهد
الشافعي معروفا ، وقد رأى الشافعي بالحجاز واليمن والشام والعراق ومصر من
قبور الأنبياء والصحابة والتابعين ، من كان أصحابها عنده وعند المسلمين
أفضل من أبي حنيفة وأمثاله من العلماء . فما باله لم يتوخ الدعاء إلا عنده
. ثم أصحاب أبي حنيفة الذين أدركوه مثل أبي يوسف ومحمد وزفر والحسن بن
زياد وطبقتهم ، ولم يكونوا يتحرون الدعاء لا عند أبي حنيفة ولا غيره .
ثم
قد تقدم عند الشافعي ما هو ثابت في كتابه من كراهة تعظيم قبور المخلوقين
خشية الفتنة بها ، وإنما يضع مثل هذه الحكايات من يقل علمه ودينه .
“
Yang demikian ini telah dimaklumi kedustaannya secara idhthirar bagi
orang yang memiliki pengetahuan tentang penukilan. Karena sesungguhnya
Asy Syafi’i ketika datang ke Baghdad tidak ada di Baghdad kuburan yang
sering dikunjungi (khusus) untuk berdoa di sisinya sama sekali. Bahkan
tidak pernah dikenal yang demikian di masa Asy Syafi’i. Asy Syafi’i
telah melihat di Hijaz, Yaman, Syam, Iraq, dan Mesir kuburan-kuburan
para Nabi, shahabat, tabi’in, dan orang-orang terdekatnya yang
sebenarnya menurut beliau dan menurut kaum muslimin lebih mulia dari
Abu Hanifah dan semisalnya dari kalangan para ulama’. Maka mengapa
beliau tidak menyengaja datang kecuali ke sana ( kubur Abu Hanifah ).
Kemudian, para shahabat Abu Hanifah sendiri yang sempat mendapati
kehidupan Abu Hanifah semisal Abu Yusuf, Muhammad, Zufar, Al Hasan bin
Ziyaad dan yang setingkat dengan mereka. Mereka tidak ada yang
menyengaja berdoa di sisi kuburan, baik kuburan Abu Hanifah ataupun
yang lainnya. Kemudian, telah berlalu penjelasan dari Asy Syafi’i hal
yang telah disebutkan dalam kitab beliau tentang dibencinya
pengagungan terhadap kubur para makhluq karena dikhawatirkan bisa
menimbulkan fitnah. Sesungguhnya hikayat yang semacam ini diletakkan
oleh orang yang sedikit ilmu dan (pemahaman) Diennya.”
Bantahan Keempat :
Kita
angan - angankan kisah ini shahih dan benar Al Imam Asy Syafi'i tawasul
dan tabaruk dengan kuburan Al Imam Abu Hanifah ( yang secara
kenyataannya tidaklah demikian ), maka coba kita bandingkan dengan
sikap seorang ahlul bait - keturunan Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam - Ali bin Husein ( cucu Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu )
yang diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Abi Syaibah dan Imam Abdurrazzaq
dimana beliau berdua berkata :
عن علي بن الحسين أنه رأى رجلا يجئ
إلى فرجة كانت عند قبر النبي صلى الله عليه وسلم فيدخل فيها فيدعو فقال
ألا أحدثك بحديث سمعته من أبي عن جدي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
: لا تتخذوا قبري عيدا ولا بيوتكم قبورا وصلوا علي فإن صلاتكم تبلغني
حيثما كنتم
“ Dari ‘Ali bin Husain bahwasanya ia melihat seorang
laki-laki mendatangi sebuah celah dekat kuburan Nabi shalallaahu
‘alaihi wa sallam kemudian ia masuk ke dalamnya dan berdoa. Maka Ali
bin Husain berkata : " Maukah anda aku sampaikan hadits yang aku dengar
dari ayahku dari kakekku dari Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam
beliau bersabda : " Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai ‘ied,
dan jangan jadikan rumah kalian sebagai kuburan. Dan bershalawatlah
kepadaku karena shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian
berada’ ( Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 2/268
dan Imam Abdurrazzaq dalam Mushannaf 3/577 no 6726).
Maka
timbul dua pertanyaan bagi orang yang memperbolehkan tawasul dan
tabaruk dengan kuburan dan berhujjah dengan kisah Al Imam Asy syafi'i
rahimahullah diatas :
1. Apakah kedudukan Ali bin Husein bin Ali
bin Abi Thalib radhiallahu anhu yang lebih mulia atau kedudukan Al Imam
Asy Syafi'i rahimahullah ?
2. Apakah lebih mulia kuburan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ataukah kuburan Al Imam Abu Hanifah rahimahullah ?
Kalau
jawaban anda : lebih utama Ali bin Husein dan lebih mulia kuburan
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, maka perhatikanlah seorang
ahlul bait melarang manusia untuk mendekati kuburan Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam dan berdoa disana, lalu bagaimanakah - kita
bisa menerima perbuatan Imam Asy Syafi'i ( kalau kisah Al Imam Asy
Syafi'i rahimahullah diatas shahih ) dan menolak perbuatan Ali bin
Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu ? dan hendaknya ini juga
sebagai peringatan bagi kaum yang mengaku keturunan Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam ( ahlul bait - habaib ) agar mereka
mencontoh perbuatan nenek moyang mereka.
Kesimpulan dan Penutup :
Inilah
tulisan ringkas saya didalam menjelaskan kepalsuan kisah tawasulnya Al
Imam Asy Syafi'i rahimahullah kepada kuburan Al Imam Abu Hanifah
rahimahullah, dimana tulisan ini saya buat sambil menemani istri saya
yang baru saja melahirkan anak ketiga kami.
Abu Asma Andre
RSIA ANNA Pekayon
13 - 15 Jumadil Akhir 1433 H
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
===###===
Catatan Kaki :
*
Maka menghancurkan bangunan diatas kuburan adalah perbuatan yang
disepakati oleh para fuqaha, sebagaimana nampak dalam ucapan Al Imam
Asy Syafi'i rahimahullah diatas, bukan merupakan sebuah ajaran baru
yang dibuat oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
sebagaimana tuduhan para pendengki dakwah beliau.
sumber : KEDUSTAAN YANG DINISBATKAN KEPADA AL IMAM ASY SYAFI'I RAHIMAHULLAH
Kamis, 24 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
bismillah ...
saya akan sangat berterimakasih apabila anda berkenan membaca arikel di blog ini sampai tuntas dan kemudian meninggalkan jejak cinta dengan memposting komentar yang sopan dan sesuai dengan tema...
mohon ma'af karena komentar akan saya moderasi terlebih dahulu demi kenyamanan bersama ...