Bismillah ...

Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat: 56).

“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thoghut.” (An Nahl: 36).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ta’ala ‘anhu, “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar mereka mentauhidkan Allah.” (Riwayat Bukhori dan Muslim).

Nabi juga bersabda, “Barang siapa yang perkataan terakhirnya Laa ilaaha illalloh niscaya masuk surga.” (Riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Hakim dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)

Tauhid adalah perkara yang paling penting dalam agama Islam. Sebagai tujuan diutusnya para Rasul, serta sebagai kewajiban pertama dan terakhir bagi manusia yang berakal.

Pelanggaran terhadapnya adalah bid'ah yang paling besar sebagaiman firman Allah :

“Katakanlah: marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan suatu apapun dengan Dia, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…” (QS. Al An’am: 151)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rabu, 21 Desember 2011

Cinta Kepada Allah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat sembahan-sembahan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (Al-Baqarah: 165)

"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya."." (Bara'ah/At-Taubah: 24)

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api."
 
Dan disebutkan dalam riwayat lain: "Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum…" dst.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma, bahwa ia berkata:

"Barangsiapa mencintai seseorang karena Allah, membenci seseorang karena Allah, membela seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman, sekalipun banyak shalat dan shiyamnya, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan di antara manusia pada umumnya didasarkan atas kepentingan dunia, namun hal itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka." 

Ibnu 'Abbas, dalam menafsirkan firman Allah Ta'ala: "... dan putuslah hubungan antara mereka sama sekali." (Al-Baqarah: 166), ia mengatakan: "yaitu kasih sayang."

Kandungan tulisan ini:
  1. Tafsiran ayat dalam surah Al-Baqarah. Ayat ini menunjukkan barangsiapa mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya seperti mencintai Allah maka dia adalah musyrik.
  2. Tafsiran ayat dalam surah Bara'ah/At-Taubah. Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai Allah wajib didahulukan di atas segala-galanya.
  3. Wajib mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih daripada kecintaan terhadap diri sendiri, keluarga dan harta benda.
  4. Pernyataan "tidak beriman", bukan berarti keluar dari Islam, (tetapi artinya ialah tidak beriman sempurna).
  5. Bahwa iman ada rasa manisnya, kadangkala dapat diperoleh seseorang dan kadangkala tidak.
  6. Disebutkan empat sikap yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kewalian dari Allah, dan seseorang tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman kecuali dengan keempat sikap itu.
  7. Pemahaman Ibn 'Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan pada umumnya didasarkan atas kepentingan duniawi.
  8. Tafsiran ayat: "... dan terputuslah segala hubungan antara mereka sama sekali." Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang yang telah dibina orang-orang musyrik di dunia akan terputus sama sekali ketika di akherat, dan masing-masing dari mereka akan melepaskan diri darinya.
  9. Disebutkan bahwa di antara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah dengan kecintaan yang sangat.
  10. Ancaman terhadap seseorang yang kedelapan perkara tersebut di atas (orang tua, anak-anak, saudara, isteri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal) lebih dicintainya daripada agamanya.
  11. Memuja selain Allah dengan mencintainya sebagaimana mencintai Allah, itulah syirik akbar
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

1 komentar:

bismillah ...

saya akan sangat berterimakasih apabila anda berkenan membaca arikel di blog ini sampai tuntas dan kemudian meninggalkan jejak cinta dengan memposting komentar yang sopan dan sesuai dengan tema...

mohon ma'af karena komentar akan saya moderasi terlebih dahulu demi kenyamanan bersama ...