Bismillah ...

Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat: 56).

“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thoghut.” (An Nahl: 36).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ta’ala ‘anhu, “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar mereka mentauhidkan Allah.” (Riwayat Bukhori dan Muslim).

Nabi juga bersabda, “Barang siapa yang perkataan terakhirnya Laa ilaaha illalloh niscaya masuk surga.” (Riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Hakim dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)

Tauhid adalah perkara yang paling penting dalam agama Islam. Sebagai tujuan diutusnya para Rasul, serta sebagai kewajiban pertama dan terakhir bagi manusia yang berakal.

Pelanggaran terhadapnya adalah bid'ah yang paling besar sebagaiman firman Allah :

“Katakanlah: marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan suatu apapun dengan Dia, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…” (QS. Al An’am: 151)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cinta Kepada Allah

"Barangsiapa mencintai seseorang karena Allah, membenci seseorang karena Allah, membela seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnya iman, ....

Mereka Yang Berjatuhan Dari Dakwah Salafiyah

Namun, bagi mereka yang menghendaki agar dakwah salafiyah inilah yang berkhidmat dan menanggung mereka, lalu dicatat dan mereka ditampakkan sebagai tokoh dalam dakwah ini, hanya karena menisbatkan diri.....

Kesalahan Kesalahan Dalam Beraqidah

..Mereka mencukupkan ( لا إله إلا الله) hanya di lisan saja tanpa menyadari, bahwa kalimat tauhid ini menuntut perkara-perkara lain. Diantara perkara-perkara yang dituntut adalah nafi dan itsbat. ...

Menyelewengkan Makna La Ilaha Illallah, Wujud Penyimpangan Aqidah

Tauhid merupakan kewajiban yang pertama dan paling utama untuk diilmui dan didakwahkan. Ia juga merupakan tugas yang paling besar,......

Surat Dari Ibu yang terkoyak hatinya

Anaku…. Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya.

Jumat, 28 Oktober 2011

Salafiyyah adalah Islam itu sendiri

Oleh : Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr

Pertanyaan
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr ditanya : Kapan seseorang dikatakan menyelisihi paham salaf, dengan kata lain kapan dia dikatakan bukan seorang salafi ? dan bolehkah kita katakan bahwa si fulan salafi aqidahnya tetapi ikhwani manhajnya?

Jawaban
Bukanlah tiap orang berhak -baik seorang alim ataupun penuntut ilmu- untuk mengeluarkan ataupun memasukkan seseorang kedalam salafiyyah. Karena salafiyyah bukanah perusahaan, yayasan sosial, ataupun partai politik. Salafiyyah adalah Islam itu sendiri.Tidak seorangpun dapat mengeluarkan seseorang dari dalam Islam, sebab seseorang tidak akan keluar dari Islam kecuali dengan kekafiran ataupun mengingkari sesuatu perkara prinsip yang telah diketahui secara pasti dalam agama. Seseorang tidak akan keluar dari Islam kecuali dengan beberapa persyaratan yang telah disebutkan ulama.

Ungkapan yang diperbolehkan sebatas: " si fulan telah menyelisihi manhaj salaf, sifulan telah meyelisihi aqidah, menyelisihi apa-apa yang diperbuat salaf" hal ini kita nyatakan jika dia keliru dalam pemahaman salaf atau menjauhi kebenaran salaf.dalam masalah-masalah ataupun kaedah-kaedah tertentu .

Adapun orang orang yang mencampur adukkan berbagai macam pola, dia menyatakan rela dengan aqidah salaf tetapi tidak dengan manhaj salaf, maka hal ini tidak pernah didapati dalam manhaj para salaf. Sebab seseorang harus menjadi seorang salaf yang tulen sejak dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya.

Seorang yang mengaku salaf harus mengambil agama ini secara keseluruhannya. Dia harus rela dengan aqidah salaf dan manhaj salaf, berakhlak layaknya akhlak salaf, beramal sebagaimana yang diamalkan salaf. Inilah dia seorang salafi. Sebab Allah Subhanahu wa ta'ala mengatakan:" Hai orang-orang beriman masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruahan". Kami tidak pernah tahu ada seseorang salafi yang rela atau mengakui kebenaran aqidah salaf sementara dia mengambil pemikiran hizbiyyah. Melihat dengan kaca mata hizbiyyah, dan tidak mendekat kecuali kepada hizbnya, loyalnya dan cintanya hanya pada hizb-nya , dia tidak akan tenang jika yang datang kepadanya bukan dari kelompoknya, sekalipun orang yang paling alim, paling benar dan paling tunduk mengikuti sunnah Nabi dan petunjuk para sahabatnya.

Sifat talfiq (memilih-milih mana yang dia suka berdasarkah hawa nafsu-pent) ataupun ganti-ganti warna ini, sangat bertentangan sekali dengan manhaj salaf.Ketika anda mengatakan "manhaj salaf" maka sebenarnya manhaj ini adalah manhaj yang sempurna yang masuk didalam cakupannya aqidah, negara, muamalah dan segala sesuatu yang menyangkut Islam baik hukum-hukumnya dan kaedah-kaedahnya.

Tetapi kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala semata , dan yang maksum hanyalah Rasulullah seorang, dengan demikian kita jangan mengganggap bahwa seseorang salafi itu dapat steril dari berbagai kekurangan dan aib, atau steril dari segala ketergelinciran dan kekeliruan. Namun pasti sangat jelas beda seseorang yang keliru karena salah dalam memahami sesuatu masalah dengan seseorang yang dengan sengaja membangun mazhabnya dengan hal-hal yang bertentangan dengan paham salaf ; mencurahkan energi dan daya pikirya untuk membela dan mempertahankan ideologinya itu ; memberikan wala dan baro berdasarkan itu. wabillahi at-taufik.

Bagaimana Metode Membantah Ahli Bid'ah
Pertanyaan.
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr ditanya : Bagaimana metode yang digunakan untuk membantah ahli bid'ah?

Jawaban
Apabila ahli bid'ah tersebut seorang tokoh ternama yang dikenal selalu menyebarkan bid'ahnya kepada khalayak ramai, maka dia harus dibantah didepan khalayak ramai pula dan di-tahzir agar orang-orang menjauhinya.

Sebaliknya jika dia orang biasa yang tidak dikenal dikhalayak ramai dan bid'ahnya hanya pada masalah-masalah yang kecil maka jangan dibantah didepan khalayak ramai dan disebarluaskan. Sebab ini merupakan salah satu metode yang ditempuh ahli bid'ah agar dapat dikenal dan masyhur.

Yaitu seorang ahli bidah yang tidak terkenal membuat bantahan terhadap salafiyyin pada satu masalah, kemudian dibantah kembali oleh salafiyyun dan tullabul-ilmi dengan menyebarkannya kepada orang banyak. Hal seperti ini membuat nama ahli bi'ah tersebut masyhur dan dikenal.

Tetapi perlu diperhatikan juga dalam membantahnya haruslah dengan dalil, hujjah dan dalil aqliyyah maupun naqliyyah.
-----------------
[Seri Soal Jawab DaurAh Syar'iyah Surabaya 17-21 Maret 2002. Dengan Masyayaikh Murid-murid Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani Hafidzahumullahu diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad Ridwan , Lc]


Kamis, 27 Oktober 2011

Mereka Yang Berjatuhan Dari Dakwah Salafiyah

source : softpedia.com
source : fisip.uns.ac.id
source : fisip.uns.ac.id
Oleh : Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani Al-Jazairi


Pertanyaan.

Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani Al-Jazairi ditanya : Sesungguhnya kami memuji Allah Ta’ala atas nikmatnya berupa majelis yang diberkahi ini, insya Allah, bersama Syaikh Al Fadhil Abdul Malik Ramdhani. Kami katakan pada permulaan majelis ini, “Wahai Syaikh –semoga Allah memelihara anda- tentunya sudah tersembunyi bagi antum mengenai kondisi dakwah Salafiyah zaman ini yang terus menyaring dan membersihkan barisannya. Kami sangat menginginkan antum memberikan (membekali) kami dengan sebuah nasihat yang berarti, menjelaskan kewajiban seorang Salafi terhadap penyaringan dan pemurniaan dakwah ini, serta penyebab terjatuhnya para da’i dari dakwah Salafiyah ini. Semoga Allah memberkahi antum.

Jawaban.
source : fisip.uns.ac.id
source : fisip.uns.ac.id
Segala puji hanya milik Allah, kami memujinya memohon pertolongan dan ampunan-Nya, berlindung kepada-Nya dari kejahatan dari-diri kami dan kejelekan-kejelekan perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan maka tiada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk kepadanya.

Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak untuk disembah, kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasannya, Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, Amma ba’du.

Sebagaimana telah disebutkan dalam pertanyaan, merupakan suatu yang sangat jelas dalam pandangan kita. Pada zaman ini, banyak para da’i yang menisbatkan dirinya kepada ‘dakwah Salafiyah’ telah berjatuhan dalam barisan ini. Telah terang dan jelas pula aib yang ada pada kebanyakan mereka. Juga menjelaskan kepada kita, bahwa penisbatan mereka kepada dakwah ini yang pernah mereka lakukan mengandung dakhan (kekeruhan).

Tidak diragukan lagi, bahwa kejadian ini sangat membekas dalam diri dan sangat menyedihkan mereka yang ikhlas dalam dakwah ini, yang mencintai merebaknya kebaikan dan benci kepada kebatilan yang terus menerus menampakkan dirinya. Karena seorang yang berpegang teguh dengan sunnah, ia mencintai sunnah dan pengikutnya, serta menolongnya dan membela pengikutnya.

Bukankah cinta yang hakiki adalah cinta karena Allah, dan murka yang hakiki adalah murka karena Allah. Bahkan tali keimanan yang paling kokoh adalah cinta karena Allah, dan benci karenaNya. Sebagaimana telah digambarkan oleh Rasulullah.

Apa yang kita saksikan pada zaman ini, banyaknya para da’i yang menisbatkan diri mereka pada dakwah Salafiyah telah terpengaruh pada manhaj-manhaj asing dan aneh. Lalu meninggalkan manhaj serta dakwah Salaf yang lurus dan penuh berkah ini. Pada hakikatnya pengaruh yang ada pada diri mereka itu merupakan sari dari hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada kejelekan.

Ada dua hal pada seseorang, ia menyalahkan atau disalahkan. Jika disalahkan
tentunya kita mengajak orang yang menyalahkannya untuk (memberikan kesempatan agar ia) bertobat, serta memaafkannya agar ia meninggalkan kesalahannya yang telah lalu, dan segera kembali ke jalan Allah. Hendaknya juga ia mengetahui pula, bahwa segala urusan adalah sebagaimana yang difirmankan Allah.

"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun, pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan". (Al-Anbiya’:47).

Dengan demikian jelaslah, bahwa pada hari kiamat urusannya besar dan tidak remeh. Manusia, pada hari itu akan dihisab karena segala yang pernah dilakukannya. Yang paling besar pada perhitungan tersebut ialah antara dua orang, yang menzhalimi dan dizhalimi, yang menganiaya dan dianiaya. Allah berfirman :

"Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang dzalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata: “aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul". (Al-Furqan:27)

Kezhaliman yang paling besar adalah kesyirikan, menyekutukan Allah. Termasuk kezhaliman, yaitu seseorang yang menzhalimi saudaranya. Rasulullah telah mengabarkan, bahwa padea hari kiamat kelak akan diqishash atas seekor kambing yang bertanduk oleh seekor kambing yang tidak bertanduk.

Subhanallah, Maha Suci Allah. Kalau saja pada binatang ternak dituntut qishash (tindakan pembalasan), yaitu seekor kambing yang menanduk kambing lainnya tanpa hak, akan dibalas. Maka bagaimana halnya dengan manusia?

Allah telah menganugerahi manusia akal pikiran. Menurunkan kitab dan menjelaskan kepada mereka syariatNya. Firman Allah:

"Dan kami telah menunjukannya dua jalan" (Al-Balad : 10)

Yakni, memperkenalkan kebaikan dan kejelekan.

Dan Allah berfirman:

"Dan kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran)". (Al-A’raf : 168)

Nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam masalah ini banyak sekali. Kezhaliman adalah sebuah padang rumput yang menumbuhkan kejelakan. Rasulullah bersabda:

"Takutlah kamu kepada kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat". (HR. Bukhari dan Muslim).

Adapun orang yang berbuat salah, hendaknya ia bertaubat dan meninggalkan kesalahannya.

Yang perlu dicermati pada saat ini, bahwa banyak da’i yang menisbatkan kepada diri mereka dalam kepemimpinan dakwah ini telah berjatuhan. Adapun jatuhnya mereka tidak ditindak-lanjuti dengan sebuah kebangkitan. Penyebabnya, karena gengsi dan keengganan untuk bertaubat dan kembali kepada kebenaran.

Saya sebutkan kepada kalian sesuatu yang saya anggap sangat penting. Bahwasanya generasi Salaf pengemban dakwah yang diberkahi ini telah banyak
yang pergi di panggil Allah, dan kita selalu berprasangka baik baik kepada mereka. Bahwa mereka berada di atas kemurnian dan kejernihan.

Insya Allah sangat gamblang dan setiap orang bias mengetahui, bahwa keberkahan dakwan mereka tampak jelas. Mereka telah pergi meninggalkan dunia, sedangkan dakwah Salafiyah dalam keadaan menang, tampak dengan jelas dan ditolong oleh Allah. Walhamdulillah, kemudian barulah nampak kemunafikan orang yang jauh dan asing dari dakwah ini. Dia berbasa-basi kepada pengikut dakwah ini dan berpura-pura, bahwa ia seolah-olah merupakan bagian dari dakwah ini. Itulah yang kalian dengar dengan istilah Quthubiyyah Salafiyah (Salafiyah versi pemikiran Sayyid Quthb), Sururiyah Salafiyah (Salafiyah versi Muhammad Surur Naif Zainal abidin) dan Bannaiyah Salafiyah (Salafiyah versi Hasan Al Banna). Sungguh hal yang aneh tapi nyata. Ketika Allah menampakkan dakwah Salafiyah, mereka tidak memiliki keleluasaan kecuali dengan berbasa-basi dan menggabungkan diri kepadanya. Padahal dakwah Salafiyah berkata kepada mereka, “biarkanlah aku!”….. “tinggalkanlah aku!”.

Inilah realita yang kita saksikan pada zaman sekarang. Terungkap realita ini, tentunya karena karunia Allah, kemudian karena kesungguhan mereka –para ulama dakwah- yang diberkahi ini.

Saya yakin, bahwa pijakan seseorang akan tertancap dengan kokoh dalam dakwah ini, teguh dan kuat karena beberapa sebab:

Pertama. Ikhlas dalam mengemban dakwah Salafiyah.

Kedua. Tidak mengajak manusia kepada dirinya.

Dan tidak terlintas dalam benaknya, bahwa suatu saat, ia akan menunggangi dakwah ini. Atau dakwah ini akan menanggungnya. Bahkan semestinya dialah yang menanggung beban dakwah ini dan menyampaikannya (hingga tercapai tujuan).

Namun, bagi mereka yang menghendaki agar dakwah salafiyah inilah yang berkhidmat dan menanggung mereka, lalu dicatat dan mereka ditampakkan sebagai tokoh dalam dakwah ini, hanya karena menisbatkan diri kepadanya, maka -saya katakan dengan berterus terang- bahwa, semua itu mengakibatkan mereka dipermalukan oleh Allah Azza wa Jalla. Hal ini tampak jelas .....

Dakwah Salafiyah merupakan sebuah dakwah yang paling jelas, terang benderang dan paling kokoh. Sedangkan dakwah-dakwah yang selainnya memiliki perbedaan yang sangat jelas dalam manhaj-manhajnya. Meskipun bernisbat dalam satu manhaj, namun dalam waktu sangat cepat, nampak dengan jelas perbedaan mereka. Sebagian melaknat sebagian yang lain, dan akan tiba saatnya sebagian akan dihapus oleh sebagian yang lain.

Pada masa era tertentu, mereka menggunakan sebuah metode (cara), kemudian pada era berikutnya menggunakan metode yang lain. Setiap hari mereka melepaskan diri dari “prinsip-prinsip dasar” yang dahulunya menjadi pijakan mereka, serta berwala’ dan memusuhi karenanya.

Adapun dakwah Salafiyah, semenjak Allah menciptakan para pengembannya, dia tetap teguh, kokoh dan istiqomah (berada dalam jalur kebenaran). Maka, segala puji hanya milik Allah.

Yang dijadikan ibroh adalah keteguhan dakwah ini dan prinsip-prinsipnya, serta para syeikhnya (sesepuh) yang terus-menerus meletakkan pokok-pokok dan dasar-dasar baginya serta mentajdid agama ini dengannya.

Dengan demikian, berdasarkan pengalaman kami bahwa penyebab besar jatuhnya mereka dari dakwah ini dan tersingkapnya aib-aib mereka, karena ketidak-ikhlasan mereka dalam mengembannya.

Anda akan mendengar salah seorang diantara mereka berkata, “Bagaimana mungkin sebagian orang bertanya kepada ulama di negeri seberang, sementara saya seorang syeikh Salafiyah di tengah-tengah mereka?!”

Apakah mungkin orang seperti ini dikatakan mukhlis dalam berdakwah?

Yang lebih aneh lagi, perkataan mungkar dan dusta ini diucapkannya pada siang hari bolong. Hal ini menunjukkan, bahwa neraca-neraca (timbangan-timbangan) itu sudah terbalik atas si miskin ini. Jika tidak demikian, tentu tidak akan diucapkannya.

Jika bukan karena mabuk kekuasaan atau ingin menguasai dan memimpin, tentunya tidak akan diucapkannya.

Subhanallah, keinginan untuk memimpin bisa membuat seseorang menjadi mabuk, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim, “keinginan untuk menjadi pemimpin lebih memabukkan daripada mabuk yang diakibatkan oleh gelas-gelas arak.” (Al-Fawaid). Keinginan untuk memimpin adalah musibah besar. Seseorang hendaknya mengetahui tentang hal-hal ‘yang tersembunyi’ dalam dirinya. Jika berupa penyakit, hendaknya segera diatasi. Jika tidak demikian, jiwa itu akan ditimpa sesuatu yang bisa mematikannya dan berbicara sesuatu yang justeru akan membunuhnya. Sementara tidak diketahuinya, bahwa dia sedang membinasakan dirinya sendiri golongan-golongan seperti ini dapat dilihat.

Segolongan yang lain dapat dilihat dari sisi mutaba’ah (mengikuti sunnah Rasulullah). Bisa jadi memiliki keikhlasan, namun cenderung menganggap ringan dan enteng mengikuti Rasulullah. Padahal sebagimana kalian ketahui, bahwasanya Allah akan memberikan balasan berdasarkan dua pokok yang mulia ini. Yaitu, keikhlasan dan mutaba’ah. Namun, masalah keikhlasan lebih besar.

Oleh sebab itu kami katakanan, “barangsiapa yang dizhalimi oleh orang-orang yang menyampaikan kritikan kepadanya, hendaknya ia mengharap pahala dari Allah.

Hendaknya menyadari, bahwa ia bukanlah orang pertama yang disakiti dan ditimpakan hal-hal yang sama sebagaimana yang telah kalian ketahui. Maka, tidaklah mengherankan. Jika hal-hal yang sama menimpa atas orang-orang selain mereka, dan itu lebih patut terjadi jalan itu satu, jihad pun satu. Allah berfirman.

”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Ankabut : 69).

Maka orang-orang yang disakiti, hendaknya bersabar. Dan mereka yang menyakiti saudara-saudaranya, hendaknya mengingat firman Allah.

”Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (Al-Ahzab : 58).

Seorang yang manusia yang takut dan khawatir (terhadap adzab Allah-pent), adalah orang yang membaca Al-Qur’an dengan hati yang hidup. Tentunya akan benar- benar takut terhadap nash-nash seperti ini. Adapun seorang yang cahaya takwanya kepada Allah redup, maka cahaya yang ada pada wajahnya akan sirna. Dia hanya mondar-mandir di sekitar urusannya dengan sekehendaknya. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

Adapun orang-orang yang bersalah dan mendzalimi dakwah Salafiyah ini, serta menisbatkan diri mereka kepdanya hanya untuk sebuah kezhaliman dan penipuan, mereka pasti akan dipermalukan dengan terbongkarnya kedok penipuan mereka.

Sementara kelompok ahlul haq harus bersungguh-sungguh melawan mereka. Menjelaskan (kepada ummat) penyimpangan-penyimpangan mereka, demi menjaga dan memelihara agama ini. Hal ini disebabkan kehormatan mereka tidak lebih utama untuk dijaga dan dipelihara dibandingkan dengan kehormatan agama ini. Jika tidak demikian, pasti Allah jualah yang akan mempermalukan merka.

[Sumber : Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun VI/1423H/2002M, Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Ma'had Al-Irsyad Surabaya]
________
Footnote :
[1].Dikeluarkan oleh Majelis “Al-Huda” Al-Jazair. Disadur dari kaset Al-
Mutasaqithuun Fi Thariqid Dakwah (Mereka Yang Berjatuhan Dari Dakwah Salafiyah). Rangkuman pertemuan yang membicarakan mengenai manhaj, bersama ulama-ulama dakwah Salafiyah
[2]. Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah Ma’had Al Irsyad Surabaya.

Sumber : almnahaj.or.id


Kapankah dakwah Salafiyah dimulai ?

source : alhabib.com

Pertanyaan :
Kapankah Da'wah Salafiyyah itu dimulai? Apakah da'wah Salafiyyah itu dimulai, menurut perkataan orang-orang, baru dimulai 200 tahun yang lalu?

Jawaban :
Alhamdulillahiir Rabbil 'Alamiin, Akhir yang baik (atau Surga) adalah untuk orang-orang yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhaq untuk disembah selain Allah, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan bagi beliau dan keluarganya, serta bagi para shahabatnya. Amma ba'du,

Pertama, aku (Syaikh 'Ubaid Al Jabiri) akan menjelaskan tentang pengertian dari Salafiyyah secara bahasa dan secara syar'iy. Secara bahasa, Salafiyyah berhubungan dengan orang-orang yang mendahului kita. Maka, Salif (kata tunggal) berarti pendhulu. Dan pengertian dari Salafa berarti hal-hal yang telah berlalu, jaman yang silam, atau dahulu. Dan secara syar'iy, pengertian Salafiyyah adalah semua orang yang mendahului kita setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dari kalangan shahabat dan yang mengikuti mereka dalam hal al haq dan keshalihan, yang mengikuti Al Qur'an dan As Sunnah yang shahihah. Maka mereka disebut Salafi.
Berdasarkan hal tersebut, Da'wah Salafiyyah adalah da'wah yang sesuai dengan apa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya berada diatasnya, mulai dari menyembah Allah dengan penuh keikhlasan dan beramal berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah dalam beribadah. Inilah Salafiyyah.

Kemudian, untuk menjawab pertanyaan ini, yaitu tentang kapan da'wah Salafiyyah itu dimulai, maka ada dua penjelasan.Pertama, Da'wah Salafiyyah adalah da'wah Islam yang murni dalam menyeru kepada Tauhid, dan keikhlasan dalam beribadah. Da'wah Salafiyyah adalah da'wah kepada Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada Rasul-Nya dan Iman kepada hari Akhir, serta Iman kepada Qadar.

Dengan demikian, Da'wah Salafiyyah adalah da'wahnya seluruh Nabi, mulai dari Nabi Nuh sebagai Rasul pertama sampai dengan Nabi Muhammad yang merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus kepada umat manusia, semoga damai dan rahmat Allah selalu tercurah bagi mereka semua. Maka sejarah dari Da'wah Salafiyyah dimulai sejak dari Nabi pertama. Hal ini bahkan ada yang mengatakan bahwa dimulainya Da'wah Salafiyyah ini dimulai dari Nabi Adam 'alaihis Salam, sebab da'wah ini adalah da'wah yang murni. Dan Da'wah Salafiyyah adalah da'wah dalam rangka memahami Al Qur'an dan As Sunnah, sebagaimana Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan umat ini untuk melakukan hal tersebut. Da'wah ini dilakukan atas perintah dari Allah dan Rasul-nya kepada kita guna mendapatkan pahala yang akan diberikan oleh Allah. Dan da'wah ini menjauhkan kita dari apa-apa yang telah Allah dan Rasul-Nya larang untuk dilakukan, karena takutnya pada siksa dari Allah. Jadi, sejarah dimulainya Da'wah Salafiyyah ini adalah tidak hanya terjadi sejak satu abad, dua abad atau lima abad yang lalu. Sedangkan da'wah yang dimulai pada periode waktu tertentu adalah da'wah yang dilakukan oleh berbagai kelompok-kelompok sesat, seperti Ikhwanul Muslimin, Jama'ah Tabligh, Hizbut Tahrir, Sururiyyah/Qutubiyyah dan selainnya dari berbagai macam kelompok da'wah yang baru bermunculan. Itulah hal pertama yang ingin saya jelaskan.

Untuk yang kedua, Da'wah Salafiyyah tidaklah ditemukan atau didirikan oleh orang-orang tertentu. Dan mungkin inilah alasan yang menjadikan orang-orang bertanya kapan Da'wah Salafiyyah ini dimulai. Maka saya tegaskan sekali lagi bahwa Da'wah Salafiyyah tidaklah ditemukan atau didirikan oleh orang tertentu. Malah para Nabi dan Rasul 'alayhimus salam diutus dengan da'wah ini (Da'wah Salaf) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Demikianlah, kemudian dasar dari Da'wah Salafiyyah yaitu Al Qur'an dan As Sunnah serta ijma'. Da'wah Salafiyyah ini tidaklah berdasarkan pada ide-ide, konsep-konsep, ataupun pendapat-pendapat. Maka Imam dari Da'wah Salafiyyah ini adalah para Nabi 'alayhimussalam sedangkan mereka adalah imamnya para makhluq di dunia. Dan kemudian sepeninggal mereka, yang menjadi Imam adalah para shahabatnya. Kemudian yang memimpin sepeninggal mereka adalah para 'Ulama, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah dalam haditsnya,

"Imam dari Bani Israil adalah para Nabi dan setiap nabi telah mati dibunuh, maka nabi yang lain datang setelahnya, dan tidak ada nabi lagi setelahku" (HR. Muslim)

Maka Allah memberikan kepimpinan umat ini kepada para 'ulama.
Para 'ulama adalah mereka yang telah dijelaskan dan dikenal mempunyai ilmu dan mereka menjelaskan permasalahan dien berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah. Dan mereka menjelaskan dan memecahkan berbagai permasalahan dan kesulitan-kesulitan yang mereka temui dalam memahami Al Qur'an dan As Sunnah dengan merujuk pada sirahnya Salafus Shalih dari kalangan Shahabat dan dari Ulama dari kalangan Tabi'in dan Tabi'it tabi'in. Dan mereka adalah sebaik-baik generasi dari umat ini, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya" (HR. Bukhari no.2652 dan Muslim no.2533)

Oleh karena itu, tidaklah benar bila mengatakan bahwa Salafiyyah adalah sebuah ide, atau sebuah pemikiran atau sebuah konsep yang datang dari seseorang, sebab Da'wah Salafiyyah tidaklah ditemukan atau didirikan oleh seseorang, tapi da'wah ini da'wah yang datang dari para Nabi dan Rasul, kemudian dilanjutkan oleh para shahabatnya, dan orang-orang setelah mereka yang berda'wah kepada dienullah berdasarkan ilmu. Mereka itulah Salafiyyah.

* Diterjemahkan dan diringkas dari artikel berbahasa Inggris, berjudul Questions and answers concerning Ad Da'watus Salafiyyah, yang dipublikasikan oleh http://www.troid.org

Dipublikasiakn kembali oleh : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=70

Senin, 24 Oktober 2011

Bisa Jadi Engkau Tiada Akan Mendapati Hari Esok.........

Disalin dari catatan Abah Abu Muhammad Herman berjudul "MUNGKIN HARI ESOK AKAN HADIR NAMUN ENGKAU TELAH TIADA"

Ingatlah kematian setiap pagi dan petang hari, dan peliharalah waktumu yang teramat pendek. Taruhlah engkau telah mendapatkan semua yang di bumi, maka adakah setelahnya selain kematian?

Saudaraku muslim,

Hari-harimu engkau lewati begitu saja, sesaat demi sesaat. Semua berlalu begitu cepatnya. Begitulah, dirimu berpindah dari pagi ke petang, dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah engkau pernah bermuhasabah (introspeksi) terhadap dirimu sendiri pada suatu hari? Sehingga engkau bisa melihat lembaran-lembaran harimu, dengan amal apa engkau membukanya dan dengan amal apa pula engkau menutupnya?

Bakr Al Muzni berkata:

"Tidak ada satu hari pun yang dikeluarkan oleh Allah ke dunia, kecuali berkata, 'Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada hari lagi buatmu setelahku.' Dan tidaklah ada malam, kecuali berseru, 'Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada malam lagi bagimu setelah aku.'"

Maka telah berapa banyak hari yang engkau lewati. Berapa banyak umur telah engkau lalui. Namun, teramat sedikit orang yang mau bermuhasabah terhadap dirinya. Dan sedikit sekali orang yang mau mengetuk jiwanya dengan cemeti muhasabah. Mereka menjalani hari-harinya dalam kelalaian dan panjang angan-angan yang tak ada faidahnya.

Ketika fajar menampakkan benang-benang cahayanya, engkau saksikan, kebanyakan manusia menyambut hari-harinya dengan niat yang tidak benar. Setelah berlalunya siang dan berganti malam, engkau bisa saksikan, mereka kembali ke peraduan mereka dengan niat seperti itu pula.

Saudaraku muslim,

Matahari senantiasa terbit dan tenggelam. Tetapi apakah engkau telah menghisab dirimu sendiri pada suatu hari? Amal shalih apakah yang hendak kuperbuat? Amal apakah yang akan aku hadirkan untuk hari ini?

Memang benar, umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Padahal dirimu wahai anak Adam, akan senantiasa dihitung dan ditulis pada hari-hari itu.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun.'" (Al Kahfi : 49).

"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Infithaar : 10-12).

Maka jiwa-jiwa akan dihisab, amal-amal akan ditulis. Dan seandainya orang yang lalai itu sadar, sungguh mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari jalan kebinasaan. Namun sedikit sekali orang yang sadar, sedikit sekali orang yang memperhatikan jalan itu.

Sebagian orang yang bijak berkata, "Jika seseorang memasuki waktu pagi, hendaklah ia berniat dengan empat perkara:

1. Melaksanakan yang diperintahkan Allah.
2. Menjauhi larangan-Nya.
3. Inshaf (berbuat adil) terhadap orang yang ada di antara mereka, dan dalam bermu'amalah.
4. Ishlah (memperbaiki hubungan) antara ia dengan musuh-musuhnya. Apabila ia berada di atas niat ini, maka aku berharap ia termasuk orang yang shalih dan beruntung."

Maka perhatikanlah wahai orang-orang yang berakal, hisablah dirimu! Apakah engkau termasuk jenis ini? Jika ya, perbanyaklah pujian kepada Allah dan mohonlah tambahan fadhilah serta istiqamah di atas petunjuk-Nya. Tetapi, jika engkau tidak termasuk jenis ini, kembalilah ke jalan itu sebelum waktunya lewat. Berlapanglah untuk memperbaiki dirimu, dan mintalah taufiq kepada-Nya menuju jalan kebahagiaan.

Wahai orang yang lalai dari hari-harinya. Ketahuilah, bahwa dirimu tidak akan di campakkan! Wahai orang yang suka berbuat sia-sia, ketahuilah, dirimu akan dihitung tentang semua amalanmu! Tidak akan berlalu waktu pagi, kecuali ia mengajak dirimu menuju Rabb-mu.

Rasulullah bersabda:

"Tidaklah terbit matahari, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Keduanya memperdengarkan kepada penduduk bumi, kecuali tsaqalain (manusia dan jin), "Wahai sekalian manusia, marilah menuju kepada Rabb kalian. Sesungguhnya sedikit dan cukup lebih baik daripada banyak namun melalaikan." Dan tidaklah matahari itu terbenam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Mereka berkata,"Ya Allah percepatlah untuk orang yang berinfaq gantinya, dan percepatlah untuk orang yang bakhil kehancurannya." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim; Lihat Shahih Targhib, Syaikh Al Albani).

Sungguh kasihan bagi orang-orang yang telah berlalu hari-hari mereka dengan sia-sia, tidak berada dalam ketaatan kepada Allah. Terbitnya matahari di tengah hari-hari mereka, disambutnya dengan perbuatan maksiat. Ketika tenggelamnya ditutup pula dengan kemaksiatan. Ketahuilah! Umurmu tidak lain hanyalah hari-harimu saja. Maka, ketika maut datang, menjadi terputuslah hari-harimu.

Daud At Thay berkata:

"Sesungguhnya malam dan siang hanya marhalah-marhalah (tahapan). Manusia menempuhnya, marhalah demi marhalah. Sehingga hal seperti itu akan berhenti di akhir safar mereka. Jika engkau mampu mengetengahkan bekal pada setiap marhalah, maka kerjakanlah. Sesungguhnya terputusnya safar adalah suatu yang amat dekat. Dan urusan itu bisa lebih cepat. Maka, berbekallah untuk safarmu."

Saudaraku muslim,

Begitulah perkataan orang-orang shalih yang sadar terhadap hari-harinya. Mereka ingin sekali menghabiskan waktunya dalam ketaatan kepada Allah. Maka, sepatutnya bagi orang yang berakal untuk menghisab dirinya, mengarahkannya menuju jalan ketaatan untuk menyongsong hari-harinya yang baru.

Adapun thariqah (methode) muhasabah, sebagaimana dikatakan oleh Al Mawardi, "Hendaklah seseorang memperhatikan pada malam hari terhadap apa yang telah ia kerjakan pada siang harinya. Karena malam lebih bisa memberi peringatan dan lebih memunkinkan untuk konsentrasi. Seandainya perbuatannya itu terpuji, maka ia bisa menyetujui dan bisa mengikutinya lagi dengan hal-hal yang dapat menghiasinya. Sebaliknya, apabila perbuatannya tercela, ia bisa mengetahuinya dan bisa mengakhiri di masa mendatang."

Saudaraku muslim,

Orang-orang shalih selalu bermuhasabah terhadap dirinya. Tidak akan terlewat waktu-waktu mereka dengan percuma. Tidak akan berlalu umur mereka, kecuali dalam ketaatan. Maka, jangan sampai engkau kecolongan wahai orang-orang yang berakal. Sesungguhnya hari-harimu itu dianggap sebagai ghanimah, maka seharus engkau mensyukurinya. Sebagaimana perkataan Sa`id bin Jubair, "Setiap hari yang dilalui oleh seorang mukmin adalah ghanimah."

Memang benar, karena hal itu merupakan kesempatan untuk menambah kebaikan, menabung amal-amal shalih, serta merupakan kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Namun sedikit sekali orang yang memahami hal ini, dan mau memanfaatkan waktu-waktu mereka. Bahkan umumnya mereka menghabiskan umur dan hari-hari mereka dalam kelalaian dan kesia-siaan. Dunia berserta mimpi-mimpinya telah melalaikan mereka. Dan keindahan dunia, telah menghalangi mereka dari jalan petunjuk. Sementara itu, syetan terus memperpanjang khayalan-khayalan mereka. Allah berfirman (yang artinya), "Syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka." (Muhammad: 25)

Hasan Al Bashri berkata:

"Dia (syetan) menghiasi kesalahan dan memanjangkan angan-angan bagi mereka."

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata:

"Yang akan terlahir karena banyaknya berangan-angan adalah kemalasan menjalankan ketaatan, menunda-nunda taubat, ambisi terhadap dunia, lupa akhirat, serta mengeraskan hati. Karena kelembutan dan kejernihan hati terbentuk hanyalah dengan mengingat kematian, alam kubur, pahala, dosa dan dahsyatnya hari kiamat."

Sesungguhnya orang-orang yang berakal akan menjadikan hari-harinya ladang untuk akhirat. Dia akan menanam, mengairi dan mengolahnya dengan amal-amal shalih, sehingga bisa memetik hasilnya di kemudian hari, yaitu pada saat manusia hanya mendapatkan kebaikan atau keburukan yang pernah ia kerjakan. Rasulullah bersabda:

"Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, kayamu sebelum tiba masa fakirmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum masa matimu." (Riwayat Al Hakim, Lihat Shahih Thargib Al Albani, 3355).

Saudaraku muslim,

Apa yang telah engkau persiapkan untuk suatu hari; yang engkau akan disendirikan di dalam kuburmu? Apakah dirimu termasuk orang-orang yang terlalaikan oleh angan-angan kosong, ataukah termasuk orang yang memperhatikan hari esok?

Sesungguhnya orang yang yang mendapatkan taufik ialah orang yang bisa memanfaatkan hari-harinya. Sedangkan orang yang benar-benar celaka ialah orang yang menyia-nyiakan hari-harinya. Adakah orang yang lebih celaka daripada orang yang diberikan panjang umur kemudian menghadap Rabbnya dengan membawa sedikit kebaikan? Maka sadarlah, hai orang-orang yang lalai.

Ketahuilah! Bahwa dalam hari-harimu ada kesempatan. Maka, manfaatkanlah dan jangan engkau menunda-nunda kebaikan hingga hari esok.

Jika kemarin engkau berbuat dosa,
maka, lipat-gandakanlah kebaikan, niscaya engkau akan terpuji.
Jika engkau manfaatkan hari-harimu, maka faidahnya akan kembali kepadamu.
Hari kemarin telah berlalu, tak mungkin akan kembali.
Janganlah engkau menunda-nunda kebaikan hingga esok.
Mungkin hari esok akan hadir, namun engkau telah tiada

Semoga bermanfaat...

 (Dikutip dengan diringkas dari catatan yang berjudul BAGAIMANA MENYAMBUT HARI-HARIMU, oleh: Syaikh Azhari Ahmad Mahmud, Majalah As Sunnah, Edisi 10/Tahun VI/1423H-2003M)