Oleh Ustadz Abu Asma Andre pada 22 April 2012 pukul 20:27 ·
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Pendahuluan : Telah terjadi kesalah pahaman diantara sebagian orang dengan menganggap bahwasanya ahlussunnah dalam masalah nash - nash asma wa shifat adalah menyerahkan maknanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala, padahal ini adalah sebuah kekeliruan. Sesungguhnya yang diserahkan oleh ahlussunnah bukan maknanya akan tetapi kaifiyatnya sebagaimana tampak dalam ucapan imam - imam as salaf. Dibawah ini ada tulisan ringkas menjelaskan hakikat madzhab mufawidhah berikut penjelasan yang insyaAllah memadai.
Makna Tafwidh Secara Bahasa Dan Istilah :
Tafwidh secara bahasa, sebagaimana dikatakan oleh Al Imam Ibnu Faris rahimahullah adalah : menyerahkan urusannya kepada orang lain. ( Al Qamus Al Muhith hal 651 ).
Al Imam Zainuddin Muhammad Ar Razi rahimahullah berkata : " Tafwidh maknanya adalah mengembalikan kepada yang memberikan. " ( Mukhtarus Shihah hal 445 - cetakan Darus Salam - Kairo )
Berkata Imam An Nawawi rahimahullah : " Berkata ahli bahasa, maknanya adalah seseorang menyerahkan urusannya atau mewakilkan dan mengembalikan urusannya, dan inilah yang disebutkan oleh Ar Rafi'i. " ( Tahdzib Asma Wa Lughat 1/75 )
Tafwidh secara istilah : memalingkan lafadh dari zhohirnya kepada ketiadaan makna, tanpa adanya penjelasan tentang apa makna yang diinginkan selanjutnya, bahkan meninggalkan dan menyerahkan maknanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan misalnya mengucapkan : " Allah yang lebih mengetahui akan apa yang diinginkan. " ( An Nizhamul Farid hal 128 lewat perantaraan Tahdzib Asma Wa Lughat 1/75 )
Keadaan Kaum Mufawidhah :
Maka kaum mufawidhah pada hakikatnya beriman kepada lafadz - lafadz yang ada di dalam Al Qur-an dan As Sunnah tanpa kemudian mereka memahaminya - bahkan menyerahkan pemahaman kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasulullah shalallahu alahi wa sallam. Hal ini khususnya terjadi pada dalil - dalil asma wa shifat - sehingga mereka beranggapan bahwa dalil - dalil asma wa shifat adalah tidak dapat terpahami dan mustahil untuk dipahami, dan tidak ada yang memahami maknanya melainkan Allah subhanahu wa ta'ala. Kaum mufawidhah menetapkan shifat bersama dengan menyerahkan makna dan kaifiyatnya kepada Allah subhanahu wa ta'ala - dan ini bertentangan dengan pendapat ahlussunnah wal jama'ah dimana yang mereka serahkan adalah kaifiyatnya dan mereka memahami maknanya, itulah yang masyhur sebagaimana dimaukan dalam ucapan Al Imam Malik rahimahullah. ( Madzhab Ahlut Tafwidh hal 18 karya Syaikh Ismail bin Rumaih hafidzahullah )
Bangunan Madzhab Mufawidhah :
Lebih lanjut Syaikh Ismail hafidzhullah menjelaskan bangunan madzhab ahlul tafwidh beliau berkata ( Madzhab Ahlut Tafwidh hal 19 ):
1. Keyakinan mereka bahwasanya dhahir nash shifat adalah bersifat mutasyabih *, dan tidaklah mungkin dipahami oleh akal maknanya, dan telah maklum - menurut mereka - bahwasanya ketika disebutkan shifat ( shifat Allah subhanahu wa ta'ala - pent ), maka tidaklah mungkin dipahami dengan sifat makhluk, sehingga menurut akal mereka nash shifat bagi Allah tidak ada yang mengetahui maknanya melainkan Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Bahwasanya makna yang disebutkan dalam nash - nash bersifat tidak diketahui oleh makhluk secara jalan ilmu, bahkan ilmunya Allah subhanahu wa ta'ala sembunyikan ilmunya, disinilah pembeda antara madzhab ahlul ta'wil dengan ahlul tafwidh, yang mana ahlul ta'wil** memperbolehkan berijtihad ( dan ini salah - pent ) didalam masalah penetapan asma dan shifat.
Berlepas Dirinya As Salafus Shalih Dari Bid'ah Tafwidh :
Sebagian orang menisbatkan bahwasanya tafwidh adalah madzhab ahlussunnah wal jama'ah - as salafus shalih - dalam masalah ini, dan ini keliru, madzhab As salaf sesungguhnya menyerahkan kaifiyyatnya kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan bukan maknanya ***, dan mereka memahami makna - makna yang disebutkan didalam ayat - ayat maupun hadits - hadits yang terkait dengan asma dan shifat bagi Allah subhanahu wa ta'ala.
Mereka memahami makna istiwa, nuzul, ketinggian, wajah, mata, kaki dan semisalnya dari nash - nash asma wa shifat, dan mereka memahami bahwasanya makna dari wajah bukanlah mata, dan makna dari mata bukanlah nuzul dan seperti inilah pemahaman mereka, dan yang mereka serahkan adalah kaifiyatnya, sebagaimana pendapat ini telah kuat disisi imam - imam ahlussunnah, semisal Al Auzai, Sufyan Ats Tsauri, Malik bin Anas, Laits bin Sa'ad dan selain mereka dari kalangan as salaf yang berkata :
أمروها كما جاءت بلا كيف
" Perlakukan sebagaimana datangnya dan jangan bertanya kaifiyatnya." - hal ini menunjukkan yang mereka serahkan adalah kaifiyatnya bukan maknanya, sebagaimana perkataan Rabi'ah bin Abi Abdurrahman dan Malik bin Anas ketika ditanya tentang istiwa mereka berkata :الاستواء غير مجهول ، والكيف غير معقول
" Istiwa bukanlah perkara yang tidak diketahui dan kaifiyatnya tidaklah diketahui. " ( Al 'Ilam bil Mukhalafah hal 29 lewat perantaraan Madzhab Ahlut Tafwidh hal 21 )Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata - ketika menjelaskan perkataan Imam Malik rahimahullah ( tentang istiwa - pent ) : " Beginilah perkataan seluruh imam ummat ini, perkataan mereka menyepakati Malik didalam keterangan bahwasanya yang tidak diketahui adalah kaifiyat istiwa, dan sebagaimana mereka tidak memahami tentang kaifiyat Dzat Allah subhanahu wa ta'ala****, akan tetapi mereka memahami maknanya sebagaimana nampak dalam ucapan para Imam tersebut, sebagaimana mereka memahami makna nuzul akan tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya, dan seterusnya. ( Majmu Fatawa 5/356 )
Diantara Sebab - Sebab Munculnya Bid'ah Tafwidh :
1. Pemahaman kaum mufawidhah yang salah terhadap ucapan imam - imam as salafus shalih, dimana mereka memahami bahwasanya as salaf menyerahkan makna dan kaifiyatnya - dan ini telah dijelaskan diatas bagaimana hakikat manhaj salaf dalam masalah ini.
2. Menyandarkan diri kepada akal dan menggunakan filsafat yunani yang rusak dalam masalah agama. ( Madzhab Ahlut Tafwidh hal 33 - 36 dengan diringkas )
---##---
Catatan Kaki :
* Abu Asma Andre katakan : " Disini ada kaitan erat antara pemahaman bahwasanya nash-nash asma wa shifat adalah mutasyabih secara mutlak dengan keyakinan tafwidh, semoga Allah subhanahu wa ta'ala memudahkan saya untuk menyusun dan mengumpulkan apa - apa yang terkait dengan pembahasan ini dari apa - apa yang terdapat dikitab - kitab para ulama. Hal ini sebagaimana telah disebutkan oleh Syaikh Ismail bin Rumaih didalam pasal dalam kitab Madzhab Ahlul Tafwidh hal 12. "
** Abu Asma Andre katakan : " Pada kesempatan yang telah lalu saya telah menjelaskan makna ta'wil disisi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, silahkan lihat di akun saya.
*** Dan pada kesempatan saya ( Abu Asma Andre ) tallaqi kitab Qawaidul Mutsla dengan Ustadzuna Abu Isa Abdullah bin Sallam hafidzahullah saya bertanya kepada beliau : " Apakah yang tidak diketahui oleh ahlussunnah hanyalah kaifiyat dari asma wa shifat atau ada yang lain ? " Beliau menjawab : " Bahwasanya yang tidak diketahui oleh ahlussunnah ada dua macam : 1. Kaifiyatnya dan 2. Puncak dari kesempurnaan maknanya. " ( Tallaqi Qawaidul Mutsla dengan Ustadz Abu Isa Abdullah bin Sallam hafidzahullah - sekitar tahun 2003 )
**** Abu Asma Andre katakan : " Inilah keyakinan ahlussunnah wa jama'ah, dan terbuktilah bahwasanya ahlul bid'ah yang menuduh ahlussunnah sebagai mujasimmah ( menyerupakan Allah dengan makhluk ) adalah salah sasaran, dan insyaAllah - permasalah mujasimmah dan ahlul mujasimmah akan dibahas pada kesempatan yang lain - semoga Allah memudahkan. "
Abu Asma Andre
Ciangsana - Cileungsi
1 Jumadil Tsani 1433 H
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber : TAFWIDH DAN MUFAWIDHAH
0 komentar:
Posting Komentar
bismillah ...
saya akan sangat berterimakasih apabila anda berkenan membaca arikel di blog ini sampai tuntas dan kemudian meninggalkan jejak cinta dengan memposting komentar yang sopan dan sesuai dengan tema...
mohon ma'af karena komentar akan saya moderasi terlebih dahulu demi kenyamanan bersama ...