Hukum Mengatakan Allah Ada Dimana-mana
Fatwa Kontemporer Ulama Besar Tanah Suci
***PERBUATAN SYIRIK & KUFUR***
1. Mengatakan Allah Ada dimana-mana
SOAL:
Dalam sebuah siaran radio ditampilakan kisah dengan menggunakan kata-kata:”Seorang anak bertanya tentang Allah kepada ayahnya,maka sang ayah menjawab:”Allah itu ada dimana-mana.”Bagaimana pandangan hukum agama yterhadap jawaban yang menggunakan kalimat semacam ini?
JAWAB:
Jawaban ini batil,merupakan perkataan golongan bid’ah dari aliran Jahmiyah[1] dan Mu’tazilah[2] serta aliran lain yang sejaan dengan mereka[3]. Jawaban yang benar adalah yang di-ikuti oleh Ahli Sunnah wal Jama’ah,yaitu Allah itu ada di langit diatas Arsy, diatas semua mahlukNya .Akan tetapi ilmuNya ada dimana-mana (meliputi segala sesuatu).Hal ini sebagaimana disebutkan didalam beberapa ayat Al Qur’an,hadits-hadits Nabi Shalallahu alaihi wa sallam ,ijma’ dari pendahulu umat ini.Sebgaimana contoh adalah firman Allah:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy [Surat Al A’raf:54]
Didalam Al Qur’an ayat ini tersebut pada 6 tempat.Yang dimaksud dengan BERSEMAYAM menurut Ahli Sunnah ialah pada ketinggian atau berada diatas Arsy sesuai dengan keagungan Allah.Tidak ada yang dapat mengetahui BAGAIMANA bersemayamnya itu,seperti dikatakan oleh Imam Malik ketika beliau ditanya orang tentang hal ini.Beliau menjawab:
"Kata bersemayam itu telah kita pahami.Akan tetapi ,bagaimana caranya tidak kita ketahui.Mengimana hal ini adalah wajib,tetapi mempersoalkannya adalah bid’ah.”
Yang beliau maksudkan dengan mempersoalkannya adalah bid’ah yakni mempersoalkan CARA Allah bersemayam diatas Arsy.Pengertian ini beliau peroleh dari gurunya ,Syaikh Rabi’ah bin Abdurrahman yang bersumber dari riawayat Ummu Salamah radhiallahu anha .Hal ini merupakan pendapat semua Ahli Sunnah yang bersumber dari shahabat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam dan para tokoh Islam sesudahnya.Allah telah menerangkan pada beberapa ayat lainnya bahwa Dia dilangit dan Dia berada diatas, seperti dalam firmanNya:
Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya [Surat Faathir:10]
…Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. [Al Baqarah:255]
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?, Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku [Surat Al Mulk:16-17]
Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dengan jelas memuat penegasan bahwa Allah itu ada di langit, Dia berada diatas.Hal ini sejalan dengan apa yang dimaksud oleh ayat-ayat yang menggunakan kata-kata bersamayam. Dengan demikian dapatlah diketahui perkataan ahlu bid’ah :”Allah itu berada dimana-mana,” merupakan hal yang sangat batil.Perkataan ini merupakan pernyataan firqoh yang beranggapan bahwa alam ini penjelmaan Allah,suatu aliran bid’ah lagi sesat,bahkan aliran kafir lagi sesat serta mendustakan Allah dan RasulNya Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam .Dikatakan demikian karena dalam riwayat yang sah dari beliau Shalallahu alaihi wa sallam dinyatakan bahwa Allah ada dilangit, sebagaimana sabda beliau Shalallahu alaihi wa sallam :
Alaa ta’manuniy wa anaa amiinu man fis samaa’
“Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit.”
[Bukhari no.4351 kitabul Maghazi ;Muslim no.1064 Kitabuz Zakat]
Hal ini juga disebutkan pada hadits-hadits (tentang) Isra’ Mi’raj, dan lain-lain.
Syaikh Bin Baz
Majallatuud Dakwah no.1288
Catatan kaki (tambahan-ap):
[1] Jahmiyyah adalah salah satu firqoh ahlul bid’ah besar yang sesat dan menyesatkan.Yakni pengikut Jahm bin Shafwan.
¨ Berkata Adz Dzahabi di Mizaanul I’tidal (I/426) :”Jahm bin Shafwan seorang sesat mubtadi’ (ahlul bid’ah) ketuanya Jahmiyyah.Dia binasa (mati) pada zaman tabi’in kecil.Dan aku tidak mengetahui bahwa dia meriwayatkan sesuatu (hadits) akan tetapi ia menumbuhkan kejahatan yang besar sekali."
¨ Diterangkan oleh para ulama bahwa Jahm bin Shafwan mengambil fahamnya yang sesat dari Ja’ad bin Dirham.[Mu’jamul Bida’ hal 167-168 dan 440-441; Mauqif Ahlus Sunnah wal jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bida’ juz I hal 153-156] .Sedangkan Ja’ad bin Dirham mengambil dari Abaan bin Sam’aan.dan Aban sendiri mengambil dari Thaalut,dan Thaalut mengambil dari Labib bin Al A’sham seorang Yahudi penyihir yang pernah menyihir Nabi Shalallahu alaihi wa sallam .
¨ Ja’ad bin Dirham adalah pertama orang yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu mahluk, Allah tidak bersemayam di atas Asy –yang sesuai dengan kebesaran dan kemulia-anNya- secara hakiki dan menta’wil (menyelewengkan makna) istiwaa’ (bersemayam) dengan istaula (menguasai) ..[Mu’jamul bida’ hal 112-113]. Paham Ja’ad bin Dirham ini kemudian di-ikuti oleh Mu’tazilah dll yang dahulu dan sekarang sampai hari ini sepaham dengan Ja'’d bin Dirham.
[lihat.Risalah Bi’ah, ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat ; hal 110-111]
[2] Mu’tazilah adalah salah satu firqoh ahlul bid’ah besar yang sesat dan menyesatkan.Dinisbatkan kepada Washil bin Atha -seorang murid dari Imam Hasan Al Basri- yang I’tizal (keluar memisahkan diri) dan nyeleneh dalam fatwanya tentang keimanan.
¨ Dinamakan juga qadariyah meskipun ada perbedaan dengan firqah qadariyah yang asli.Qadariyah yang dikafirkan para ulama mereka mengingkari ilmu Allah,sedangkan umumnya Mu’tazilah tidak mengingkari ilmu Allah,akan tetapi menetapkan bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan hamba.Bisa disebut Mu’tazilah ahIi waris qadariyah.
¨ Bersama sejalan dengan Jahmiyyah dalam keyakinan Al Qur’an Makhluk, Allah dimana-mana.
¨ Mempunyai 5 ushul sesat: 1.Al Adhlu (adil=menafikan qadar Allah), 2.At Tauhid (=menafikan sifat-sifat Allah),n 3.Al Wa’du (Janji= wajib bagi Allah memberikan ganjaran kepada orang ta’at), 4.Al Wa’id (ancaman=wajib bagi Allah menyiksa /mengazab bagi pelaku maksiat, yakni tidak boleh bagi Allah-menurut mereka- memaafkan atau mengampuni pelaku dosa besar tanpa taubat), 5.Manzilatun baina manzilatain (Berada disatu tempat antara 2 tempat= mukmin pelaku dosa besar dia fasik,tidak kafir tidak mukmin tetapi antara kafir dan iman)
¨ Keyakinan Allah tidak dapat dilihat oleh orang mukmin dengan mata mereka di akhirat.
¨ Mengingkasri syafa’at Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bagi umatnya pelaku dosa besar.
¨ Mukmin pelaku dosa besar kekal di neraka.
¨ Amar ma’ruf nahi mungkar.Yakni memberontak terhadap penguasa yang zalim
¨ Mendahulukan akal daripada wahyu,dll
[lihat.Risalah Bi’ah, ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat ; hal 108-110; Mauqif Ahlus Sunnah hal 148-151 (edisi Indonesia hal 83-88);Diratul Firaq ,hal 123-154]
[3] Tentang pengingkaran istawa (bersemayam) Allah di atas Arsy dan mena’wilkan dengan istaula (menguasai) diadopsi juga oleh firqoh Asy-ariyyah dan Maturidiyyah, selain menakwilkan sifat-sifat Allah yang lainnya.Bahkan lucunya anggapan mereka ini (istawa diubah jadi istaula) disebut aqidah ahlus sunnah wal jama’ah ,seperti gembong pengekor dusta -Sirajudin Abbas- dalam bukunya “Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” yang lebih pantes disebut buku aqidah Asy-ariyyah-Maturidiyyah.
Lihat: kedustaan Sirajudin Abbas ini terhadap ulama Ahlus Sunnah dan membongkar kebohongannya dalam Majalah Assunnah edisi 12/tahun V/1422H/2001M dan edisi setelahnya.
Juga postingan dengan judul:Ibnu Taimiyyah,Ibnu Bathuthah,sirajudiin abbas & Maunya membela Aa gym (eh) malah nonjok , di milis assunnah@yahoogroups.com
Perhatian:
Kaum ahlul bid’ah dari mu’tazilah,jahmiyah,asy’ariyyah dan maturidiyyah dan lain-lain menuduh dengan kebohongan yang besar kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai musyabbihah (faham bid’ah yang kufur yang menyerupakan Allah dengan mahlukNya) !! Disebabkan Ahlus Sunnah telah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa tahrif (penyelewengan), tanpa tathil (penolakan), tanpa tamstil/tasybih (permisalan/penyerupaan) dan tanpa takyif (bertanya kenapa) , seperti (sifat) Istiwa-Nya (bersemayam) Allah diatas Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran dan ketinggianNya [Mu’jamul Bida’ hal 296 & 476 ,dan seterusnya]
SOAL
Bagaimana pandangan hukum terhadap jawaban sebagian orang:”Allah berada dimana-mana,” bila ditanya :”Dimana Allah?” Apakah jawaban seperti ini sepenuhnya benar?
JAWAB
Jawaban seperti ini sepenuhnya batil.Apabila seseorang ditanya :”Allah dimana?” hendaklah ia menjawab:”Di langit,” seperti dikemukakan oleh seorang (budak) perempuan yang ditanya oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam :”Dimana Allah?” jawabnya:”Di langit.”
Adapun orang yang menjawab dengan kata-kata:” Allah itu ada,” maka jawaban ini sangat samar dan menyesatkan.Orang yang mengatakan bahwa Allah itu ada dimana-mana dengan pengertian dzat Allah ada dimana-mana ,adalah kafir karena ia telah mendustakan keterangan-keterangan agama,bahwa dalil-dalil wahyu dan akal serta fitrah.Allah berada diatas segala mahluk.Dia berada diatas semua langit,bersemayam diatas Arsy.
Syaikh Ibnu Utsaimin
Majmu’ Fatawaa wa Rasaail ,juz 1 halaman 132-133
***PERBUATAN SYIRIK & KUFUR***
1. Mengatakan Allah Ada dimana-mana
SOAL:
Dalam sebuah siaran radio ditampilakan kisah dengan menggunakan kata-kata:”Seorang anak bertanya tentang Allah kepada ayahnya,maka sang ayah menjawab:”Allah itu ada dimana-mana.”Bagaimana pandangan hukum agama yterhadap jawaban yang menggunakan kalimat semacam ini?
JAWAB:
Jawaban ini batil,merupakan perkataan golongan bid’ah dari aliran Jahmiyah[1] dan Mu’tazilah[2] serta aliran lain yang sejaan dengan mereka[3]. Jawaban yang benar adalah yang di-ikuti oleh Ahli Sunnah wal Jama’ah,yaitu Allah itu ada di langit diatas Arsy, diatas semua mahlukNya .Akan tetapi ilmuNya ada dimana-mana (meliputi segala sesuatu).Hal ini sebagaimana disebutkan didalam beberapa ayat Al Qur’an,hadits-hadits Nabi Shalallahu alaihi wa sallam ,ijma’ dari pendahulu umat ini.Sebgaimana contoh adalah firman Allah:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy [Surat Al A’raf:54]
Didalam Al Qur’an ayat ini tersebut pada 6 tempat.Yang dimaksud dengan BERSEMAYAM menurut Ahli Sunnah ialah pada ketinggian atau berada diatas Arsy sesuai dengan keagungan Allah.Tidak ada yang dapat mengetahui BAGAIMANA bersemayamnya itu,seperti dikatakan oleh Imam Malik ketika beliau ditanya orang tentang hal ini.Beliau menjawab:
"Kata bersemayam itu telah kita pahami.Akan tetapi ,bagaimana caranya tidak kita ketahui.Mengimana hal ini adalah wajib,tetapi mempersoalkannya adalah bid’ah.”
Yang beliau maksudkan dengan mempersoalkannya adalah bid’ah yakni mempersoalkan CARA Allah bersemayam diatas Arsy.Pengertian ini beliau peroleh dari gurunya ,Syaikh Rabi’ah bin Abdurrahman yang bersumber dari riawayat Ummu Salamah radhiallahu anha .Hal ini merupakan pendapat semua Ahli Sunnah yang bersumber dari shahabat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam dan para tokoh Islam sesudahnya.Allah telah menerangkan pada beberapa ayat lainnya bahwa Dia dilangit dan Dia berada diatas, seperti dalam firmanNya:
Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya [Surat Faathir:10]
…Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. [Al Baqarah:255]
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?, Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku [Surat Al Mulk:16-17]
Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dengan jelas memuat penegasan bahwa Allah itu ada di langit, Dia berada diatas.Hal ini sejalan dengan apa yang dimaksud oleh ayat-ayat yang menggunakan kata-kata bersamayam. Dengan demikian dapatlah diketahui perkataan ahlu bid’ah :”Allah itu berada dimana-mana,” merupakan hal yang sangat batil.Perkataan ini merupakan pernyataan firqoh yang beranggapan bahwa alam ini penjelmaan Allah,suatu aliran bid’ah lagi sesat,bahkan aliran kafir lagi sesat serta mendustakan Allah dan RasulNya Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam .Dikatakan demikian karena dalam riwayat yang sah dari beliau Shalallahu alaihi wa sallam dinyatakan bahwa Allah ada dilangit, sebagaimana sabda beliau Shalallahu alaihi wa sallam :
Alaa ta’manuniy wa anaa amiinu man fis samaa’
“Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit.”
[Bukhari no.4351 kitabul Maghazi ;Muslim no.1064 Kitabuz Zakat]
Hal ini juga disebutkan pada hadits-hadits (tentang) Isra’ Mi’raj, dan lain-lain.
Syaikh Bin Baz
Majallatuud Dakwah no.1288
Catatan kaki (tambahan-ap):
[1] Jahmiyyah adalah salah satu firqoh ahlul bid’ah besar yang sesat dan menyesatkan.Yakni pengikut Jahm bin Shafwan.
¨ Berkata Adz Dzahabi di Mizaanul I’tidal (I/426) :”Jahm bin Shafwan seorang sesat mubtadi’ (ahlul bid’ah) ketuanya Jahmiyyah.Dia binasa (mati) pada zaman tabi’in kecil.Dan aku tidak mengetahui bahwa dia meriwayatkan sesuatu (hadits) akan tetapi ia menumbuhkan kejahatan yang besar sekali."
¨ Diterangkan oleh para ulama bahwa Jahm bin Shafwan mengambil fahamnya yang sesat dari Ja’ad bin Dirham.[Mu’jamul Bida’ hal 167-168 dan 440-441; Mauqif Ahlus Sunnah wal jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bida’ juz I hal 153-156] .Sedangkan Ja’ad bin Dirham mengambil dari Abaan bin Sam’aan.dan Aban sendiri mengambil dari Thaalut,dan Thaalut mengambil dari Labib bin Al A’sham seorang Yahudi penyihir yang pernah menyihir Nabi Shalallahu alaihi wa sallam .
¨ Ja’ad bin Dirham adalah pertama orang yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu mahluk, Allah tidak bersemayam di atas Asy –yang sesuai dengan kebesaran dan kemulia-anNya- secara hakiki dan menta’wil (menyelewengkan makna) istiwaa’ (bersemayam) dengan istaula (menguasai) ..[Mu’jamul bida’ hal 112-113]. Paham Ja’ad bin Dirham ini kemudian di-ikuti oleh Mu’tazilah dll yang dahulu dan sekarang sampai hari ini sepaham dengan Ja'’d bin Dirham.
[lihat.Risalah Bi’ah, ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat ; hal 110-111]
[2] Mu’tazilah adalah salah satu firqoh ahlul bid’ah besar yang sesat dan menyesatkan.Dinisbatkan kepada Washil bin Atha -seorang murid dari Imam Hasan Al Basri- yang I’tizal (keluar memisahkan diri) dan nyeleneh dalam fatwanya tentang keimanan.
¨ Dinamakan juga qadariyah meskipun ada perbedaan dengan firqah qadariyah yang asli.Qadariyah yang dikafirkan para ulama mereka mengingkari ilmu Allah,sedangkan umumnya Mu’tazilah tidak mengingkari ilmu Allah,akan tetapi menetapkan bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan hamba.Bisa disebut Mu’tazilah ahIi waris qadariyah.
¨ Bersama sejalan dengan Jahmiyyah dalam keyakinan Al Qur’an Makhluk, Allah dimana-mana.
¨ Mempunyai 5 ushul sesat: 1.Al Adhlu (adil=menafikan qadar Allah), 2.At Tauhid (=menafikan sifat-sifat Allah),n 3.Al Wa’du (Janji= wajib bagi Allah memberikan ganjaran kepada orang ta’at), 4.Al Wa’id (ancaman=wajib bagi Allah menyiksa /mengazab bagi pelaku maksiat, yakni tidak boleh bagi Allah-menurut mereka- memaafkan atau mengampuni pelaku dosa besar tanpa taubat), 5.Manzilatun baina manzilatain (Berada disatu tempat antara 2 tempat= mukmin pelaku dosa besar dia fasik,tidak kafir tidak mukmin tetapi antara kafir dan iman)
¨ Keyakinan Allah tidak dapat dilihat oleh orang mukmin dengan mata mereka di akhirat.
¨ Mengingkasri syafa’at Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bagi umatnya pelaku dosa besar.
¨ Mukmin pelaku dosa besar kekal di neraka.
¨ Amar ma’ruf nahi mungkar.Yakni memberontak terhadap penguasa yang zalim
¨ Mendahulukan akal daripada wahyu,dll
[lihat.Risalah Bi’ah, ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat ; hal 108-110; Mauqif Ahlus Sunnah hal 148-151 (edisi Indonesia hal 83-88);Diratul Firaq ,hal 123-154]
[3] Tentang pengingkaran istawa (bersemayam) Allah di atas Arsy dan mena’wilkan dengan istaula (menguasai) diadopsi juga oleh firqoh Asy-ariyyah dan Maturidiyyah, selain menakwilkan sifat-sifat Allah yang lainnya.Bahkan lucunya anggapan mereka ini (istawa diubah jadi istaula) disebut aqidah ahlus sunnah wal jama’ah ,seperti gembong pengekor dusta -Sirajudin Abbas- dalam bukunya “Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” yang lebih pantes disebut buku aqidah Asy-ariyyah-Maturidiyyah.
Lihat: kedustaan Sirajudin Abbas ini terhadap ulama Ahlus Sunnah dan membongkar kebohongannya dalam Majalah Assunnah edisi 12/tahun V/1422H/2001M dan edisi setelahnya.
Juga postingan dengan judul:Ibnu Taimiyyah,Ibnu Bathuthah,sirajudiin abbas & Maunya membela Aa gym (eh) malah nonjok , di milis assunnah@yahoogroups.com
Perhatian:
Kaum ahlul bid’ah dari mu’tazilah,jahmiyah,asy’ariyyah dan maturidiyyah dan lain-lain menuduh dengan kebohongan yang besar kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai musyabbihah (faham bid’ah yang kufur yang menyerupakan Allah dengan mahlukNya) !! Disebabkan Ahlus Sunnah telah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa tahrif (penyelewengan), tanpa tathil (penolakan), tanpa tamstil/tasybih (permisalan/penyerupaan) dan tanpa takyif (bertanya kenapa) , seperti (sifat) Istiwa-Nya (bersemayam) Allah diatas Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran dan ketinggianNya [Mu’jamul Bida’ hal 296 & 476 ,dan seterusnya]
SOAL
Bagaimana pandangan hukum terhadap jawaban sebagian orang:”Allah berada dimana-mana,” bila ditanya :”Dimana Allah?” Apakah jawaban seperti ini sepenuhnya benar?
JAWAB
Jawaban seperti ini sepenuhnya batil.Apabila seseorang ditanya :”Allah dimana?” hendaklah ia menjawab:”Di langit,” seperti dikemukakan oleh seorang (budak) perempuan yang ditanya oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam :”Dimana Allah?” jawabnya:”Di langit.”
Adapun orang yang menjawab dengan kata-kata:” Allah itu ada,” maka jawaban ini sangat samar dan menyesatkan.Orang yang mengatakan bahwa Allah itu ada dimana-mana dengan pengertian dzat Allah ada dimana-mana ,adalah kafir karena ia telah mendustakan keterangan-keterangan agama,bahwa dalil-dalil wahyu dan akal serta fitrah.Allah berada diatas segala mahluk.Dia berada diatas semua langit,bersemayam diatas Arsy.
Syaikh Ibnu Utsaimin
Majmu’ Fatawaa wa Rasaail ,juz 1 halaman 132-133
Judul Asli : Al Fatawaa Asy Syar’iyyah Fil Masaail Al ‘Ashriyyah min
Fatawaa Ulamaa’ Al Balaadil Haraami
Penyusun Khalid al Juraisy
Edisi Indonesia: Fatwa Kontenporer Ulama Besar Tanah Suci
Tauhid- Syirik - & Bid’ah
Penerjemah :Usta. Muhammad Thalib
Penerbit :Media Hidayah ,cet.1 September 2003
Sumber : almanhaj.or.id
0 komentar:
Posting Komentar
bismillah ...
saya akan sangat berterimakasih apabila anda berkenan membaca arikel di blog ini sampai tuntas dan kemudian meninggalkan jejak cinta dengan memposting komentar yang sopan dan sesuai dengan tema...
mohon ma'af karena komentar akan saya moderasi terlebih dahulu demi kenyamanan bersama ...